Selasa, 05 Oktober 2010

[Perang Aceh (1873-1904)] PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA TERHADAP PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA

Perang Aceh merupakan perang terlama yang bersifat kedaerahan di Indonesia.


1. Sebab umum.

- Adanya perbedaan atas kedudukan atau status daerah-daerah Sumatra Timur.

- Aceh menjadi penting dalam pelayaran internasional karena pembukaan terusan suez.

- Semakin berkembangnya imperalisme moderen di mana bangsa-bangsa imperialis makin giat mendapatkan tanah jajahan untuk dijadikan sebagai sumber bahan industri dan daerah pemasaran.

- Adanya politik Ekspansi Belanda ke luar Jawa dalam usahanya memwujudkan Pax Netherlandica. Sebab dalam Treaty of sumatra Inggris berjanji tidak menghalangi Belanda.


2. Sebab khusus.

Aceh yang mau mempertahankan kedaulatannya menolak tuntutan Belanda untuk tidak berhubungan dengan negara asing dan mengakui Belanda sebagai yang dipertuan.


3. Strategi perang.

Dalam perang yang bersifat nasional, rakyat Aceh menggunakan strategi:

- Mau berkompromi dengan Belanda agar kedudukannya dalam pemerintahan dan masyarakat tidak hilang.

- Juga siasat untuk mendapatkan persenjataan dari Belanda untuk gerilya berjalan lancar (menandatangani perjanjian pendek).

Untuk perjuangan yang sifatnya keagamaan strategi perangnya adalah:

- Tidak mau berkompromi dan tidak mau menyerah dengan Belanda.

- Melakukan perang Jihad yang didasarkan ajaran agama.

Kolonial Belanda melakukan strategi sebagai berikut:

- Penyerangan besar-besaran terhadap suatu objek yang diserang.

- Sistem konsentrasi stelsel.

- Melakukan sistem pendekatan yaitu dengan mengirim ahli agama Islam yaitu Dr. Snock Hurgronje yang menganjurkan untuk melakukan sistem devide et intera antara kaum bangsawan dengan ulama.


4. Tokoh-tokoh.

a. Dari rakyat Aceh.

Sultan Daud Syah, Tengku Umar, Panglima Polim, Tengku Cik di tiro, Tengku Baet, Cut nyak dien, Tengku cik ditero,

b. Dari pihak pemerintah kolonial Belanda.

Jenderal Cohler, Letjen Van Suiten, Kolonen Pell, Mayjen Van der heiden, dan Van der hoven.


5. Medan Peperangan.

Medan peperangan yaitu terjadi di seluruh Aceh yang termasuk daerah hutannya untuk bergerilya. Daerah Aceh yang berhutan dan berpegunungan, memudahkan untuk melaksanakan perang gerilya.


6. Akhir perang.

Karena banyak meninggalnya para pemimpin yang tangguh menyebabkan kedudukan Belanda semakin kuat di Aceh. Juga karena Belanda mematuhi saran dari Dr. Hurgronje, sehingga rakyat aceh ada yang membelot ke Belanda sehingga memudahkan Belanda untuk memecahbelah rakyat Aceh.


7. Akibat perang.

a. Bidang politik.

- Dikuasainya secara penuh wilayah Aceh.

- Sultan Aceh dipaksa oleh Belanda untuk menandatangani Plakat pendek yang bunyinya mengakui Belanda sebagai yang dipertuan di Aceh.

b. Bidang ekonomi.

Monopoli perdagangan di Aceh yang memiliki letak yang sangat strategis yaitu di selat Malaka.

Sabtu, 02 Oktober 2010

[Perang Banjar (1859-1863)] PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA TERHADAP PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA

Perang Banjar terjadi di kerajaan Banjar daerah Kalimantan Selatan sekarang.


1. Sebab umum.

- Rakyat tidak senang dengan merajalelanya Belanda yang mengusahakan perkebunan dan pertambangan di Kalimantan Selatan.

- Belanda terlalu banyak campur tangan dalam urusan intern kerajaan.

- Belanda bermaksud menguasai daerah Kalimantan Selatan karena daerah ini ditemukan tambang Batubara.


2. Sebab Khusus.

Karena Pangeran Hidayatullah yang seharusnya menjadi Sultan Banjar tidak disetujui oleh Belanda yang kemudian mengangkap Tamjidilah sebagai Sultan yang tidak berhak menjadi Sultan. Kemudian setelah Belanda mencopot Tamjidilah dari kursi Sultan, Belanda membubarkan Kerajaan Banjar.


3. Strategi Perang.

Pangeran hidayatullah dan Pangeran Antasari menggunakan strategi perang gerilya dengan membuat kerajaan baru di pedalaman dan membangun benteng-benteng pertahanan di hutan-hutan.


4. Tokoh-tokoh.

a. Dari rakyat Banjar.

Pangeran Hidayatullah, Pangeran Antasari, Aling, Tumenggung Antaludin, Tumenggung Suropati, Demang Leman, dan Muhammad Seman.

b. Dari pihak kolonial Belanda.


5. Medan Perang.

Daerah pertempuran berada di daerah Kalimantan Seltan hampir seluruhnya. Termasuk di daerah sungai barito.



6. Akhir perang.

Setelah Pangeran Hidayatullah tertangkap dan Pangeran antasari wafat, perjuangan tetap berlanjut yang di pimpin oleh Gusti Mat Seman, Gusti Acil, Gusti Arsat, dan Antung Durahman. Oleh pemimpin-pemimpin tersebut, rakyat masih bergerilya dengan se-sekali melakukan serangan kepada Belanda sampai awal abad ke-20.


7. Akibat perang.

1. Bidang politik.

- Daerah Kalimantan selatan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda.

- Dibubarkannya kerajaan Banjar.

2. Bidang ekonomi.

- Dikuasainya tambang batubara dan perkebunan di daerah Kalimantan Selatan.